Oleh: Abdurrahman Arroisi
KONON di
hari pembalasan kelak, ada seorang hamba Allah sedang di adili. Ia
dituduh bersalah, menyia-nyiakan umurnya di dunia untuk berbuat maksiat.
Tetapi ia bersikeras membantah.
“Tidak! demi langit dan bumi sungguh
tidak benar. Saya tidak melakukan semua itu.”
“Tetapi saksi-saksi
mengatakan engkau betul-betul telah menjerumuskan dirimu sendiri ke
dalam dosa,” jawab malaikat.
Orang itu menoleh ke kiri dan ke kanan,
lalu ke segenap penjuru. Tetapi anehnya, ia tidak menjumpai seorang
saksi pun yang sedang berdiri. Di situ hanya ada dia sendirian. Makanya
ia pun menyanggah,
“Manakah saksi-saksi yang kau maksudkan? Di sini
tidak ada siapa kecuali aku dan suaramu.”
“Inilah saksi-saksi
itu,” ujar malaikat.
Tiba-tiba mata angkat bicara,
“Saya
yang memandangi.” Disusul oleh telinga, “Saya yangmendengarkan.” Hidung
pun tidak ketinggalan, “Saya yang mencium.” Bibir mengaku, ”Saya yang
merayu.” Lidah menambah, “Saya yang mengisap.” Tangan meneruskan,
“Saya yang meraba.” Kaki menyusul, “Saya yang dipakai lari ketika
ketahuan.” “Nah kalau kubiarkan, seluruh anggota tubuhmu akan memberikan
kesaksian tentang perbuatan aibmu itu”, ucap malaikat.
Orang
tersebut tidak dapat membuka sanggahannya lagi. Ia putus asa dan amat
berduka, sebab sebentar lagi bakal dijebloskan ke dalam jahanam.
Padahal, rasa-rasanya ia telah terbebas dari tuduhan dosa itu. Tatkala
ia sedang dilanda kesedihan itu, sekonyong-konyong terdengar suara
yang amat lembut dari selembar bulu matanya:
“Saya pun ingin juga mengangkat sumpah sebagai saksi.”
“Silakan”, kata malaikat.
“Terus
terang saja, menjelang ajalnya, pada suatu tengh malam yang lengang,
aku pernah dibasahinya dengan air mata ketika ia sedang menangis
menyesali perbuatan buruknya. Bukankah nabinya pernah berjanji, bahwa
apabila ada seorang hamba kemudian bertobat, walaupun selembar bulu
matanya saja yg terbasahi air matanya, namun sudah diharamkan dirinya
dari ancaman api neraka? Maka saya, selembar bulu matanya, berani
tampil sebagai saksi bahwa ia telah melakukan tobat sampai membasahi
saya dengan air mata penyesalan.”
Konon, dengan kesaksian selembar
bulu mata itu, orang tersebut di bebaskan dari neraka dan diantarkan
ke surga. Sampai terdengar suara bergaung kepada para penghuni surga:
“Lihatlah, Hamba Tuhan ini masuk surga karena pertolongan selembar bulu
mata.”
“Dan
jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus
asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir,” (QS. Yusuf: 87).
Source :
0 komentar:
Posting Komentar