Hyang Brama

Sang Hyang Brama seorang Dewa Api ( brama berarti api ), putra Hyang Guru. Bersemayam di Deksina. Dengan kesaktiannya Hyang Brama berkuasa membasmi segala kejadian yang menjelekkan didunia ini dengan apinya. Waktu Dewa ini dilahirkan berpengaruh didunia keluar api hingga keangkasa. Setelah dewasa ia beristri dengan Dewi Saraswati, seorang putri yang tersohor cantik, putri Hyang Pancaweda.

Dewa ini pernah bertahta sebagai raja di Gilingwesi setewas Prabu Watugunung. Dewa yang bertahta sebagai seorang raja didunia disebut Ngejawantah, berarti menampakan diri dengan sebenarnya.

Pada suatu masa Hyang Brama menyalahi adat istiadat Dewa lantaran memihak pada Betari Durga, dan ia bermaksud akan memusnahkan kerabat Pandawa. Kehendak Betara Brama ini dimufakati juga oleh Durga, malahan putri Hyang Brama Dewi Dresanala yang diperistri oleh Arjuna diceraikan oleh Hyang Brama.

Kehendak Hyang Brama akan memusnahkan kerabat Pandawa itu tak terkabul, malah Hyang Brama dapat dikalahkan oleh anak Arjuna bernama Wisanggeni. Hyang Brama dapat ditangkap oleh Wisanggeni dan diserahkan kepada Hyang Guru. Setiba dihadapan Hyang Guru, Brama ingat pada kekeliruannya. Diampunilah ia oleh Hyang Guru dan kembali ketempat para Dewa di Kahyangan.

Menurut cerita ini, sekalipun Dewa, dapat dikalahkan juga oleh manusia biasa, karena memang salah. Sang Hyang Brama sebagai pokok yang memancarkan keturunan Pandawa dan ia berbesan dengan Hyang Wisnu.

Sang Hyang Brama bermata kedondong, hidung sembada ( serba cukup ), bibir rapat, ia bermahkota akan tanda seorang Dewa yang berkuasa.

Ia tak menyelipkan keris seperti orang berkeris biasa, hanya diselipkan didepan, lantaran berbaju menutup bagian belakang. Orang memakai keris semacam ini disebut " Nyote ", berarti orang selalu cemburu, kalau ada bahaya mudah dihunusnya. Pemakaian keris yang semacam ini dilarang oleh penjaga istana kerajaan, karena dianggap sipemakai itu mencurigakan.

Menurut riwayat ini teranglah walaupun Dewa, ada masa kalah juga dengan manusia biasa. ini suatu tanda bahwa kebenaranlah yang mengatasi segala kesalahan perbuatan manusia. Sedang Guru yang disebut Dewa tertinggi, kalah juga dengan seorang biasa, lantaran Guru membuat kesalahan.


Sumber Artikel : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - P.N. Balai Pustaka - 1968.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Top